Senin

Sepotong Tahu dan Pembuatnya

Pernahkah kamu makan tahu?? Makanan yang lembut terbuat dari kedelai. Bentuknya kotak dan mengandung kadar protein tinggi. Hmmm... paling enak kalau digoreng trus dimakan pakai cabai rawit... panas-panas lagi... yummy!!!

Tapi tahukah seberapa besar usaha yang harus dikeluarkan saat membuat satu potong tahu??


Pernahkah kamu makan tahu?? Makanan yang lembut terbuat dari kedelai. Bentuknya kotak dan mengandung kadar protein tinggi. Hmmm... paling enak kalau digoreng trus dimakan pakai cabai rawit... panas-panas lagi... yummy!!!

Tapi tahukah seberapa besar usaha yang harus dikeluarkan saat membuat satu potong tahu??
Jangan melihat home industri yang sudah punya peralatan dan pekerja meskipun cuma beberapa yaa...yang perlu dilihat adalah pembuat tahu mandiri, yang ga punya alat apa-apa n hanya mengandalkan tenaga aja.

Malam minggu, secara ga sengaja aku melihat acara di salah satu stasiun televisi yang menceritakan tentang kehidupan seorang ibu pembuat tahu. Ibu ini sudah berumur paruh baya. Tapi tenaga dan semangatnya untuk tidak menyerah pada kehidupan harus bikin kita angkat jempol!!

Tiap hari pukul 2 pagi sudah harus bangun, bersiap-siap dan pergi ke pasar untuk menjajakan tahunya. Dalam keadaan dingin -- dan kalo kita mungkin ngantuk dan selalu mengeluh -- ibu dibantu anak lelakinya ini membawa 2 buah gentong besar tahu dan 2 buah nampan oncom. Sampai siang mereka terus menjual tahunya. Tau ga, berapa harga 1 potong tahu?? 200 rupiah!! dan berapa kah harga oncom?? 500 rupiah per 10 buah. Dalam keadaan seperti itu, masih ada aja orang yang menawar. Ck..ck..ck.. kalo orang itu memang orang yang ga punya, masih bisa lah dimaklumi (sama-sama susah). Nah kalo yang nawar itu masih mampu untuk makan 3x sehari... waduh... kayanya udah keterlaluan...

Sepotong tahu seharga 200 rupiah tadi...ternyata dibuat dengan usaha yang ga semua orang mampu melakukannya. Dari pulang berjualan, si ibu harus membeli kedelai dan mengangkutnya dengan berjalan kaki ke rumah. Setelah itu, kedelai dicuci dan di bawa ke tetangga untuk digiling. Semuanya masih manual dan dilakukan sendiri oleh si ibu (secara suaminya sakit-sakitan. anaknya juga bekerja harus bekerja). Kedelai yang sudah digiling kemudian dimasak, diaduk-aduk dan diambil sarinya. Caranya diperas memakai kain kemudian dipelintir-pelintir sampai ampas terpisah dari sarinya. Uh... aku yang cuma liat lewat televisi aja sudah bisa membayangkan kalo itu memerlukan banyak banget tenaga. Dan yang paling membuatku geleng-geleng kepala sekaligus terharu, setelah itu tahu dicetak satu persatu dalam keadaan panas. Kalau dingin tahu tidak akan jadi. Kebayang bagiamana itu dilakukan dengan manual, dan setiap hari... tangan bisa melepuh kepanasan!!

Hm... ternyata tugas ibu itu belum selesai. Ia harus mencari kayu karena tidak mampu membeli minyak tanah untuk membuat tahunya (apalagi minyak tanah sekarang naik... =[ ). Ga cuma itu, kalo tahunya tidak habis terjual, ia dan keluarganya harus puasa selama satu atau dua hari.
Sekarang lagi-lagi balik liat ke kita. Makan... bisa milih. Mau pakai sayur, lauk nya beraneka macam, tambah makanan penutup, jus, camilan... Trus kalo ga abis... tinggalin aja. Tanpa ada beban sama sekali. Semua nya berpikir... itu hak ku kan?? Toh aku yang cari uang sendiri, pakai usahaku sendiri... jadi berhak dong aku menikmatinya??

Yah...ga sepenuhnya salah. Cuma, ada baenya lho... liat orang-orang tadi. Kita makan sampai kenyang bahkan dibuang-buang...sedangkan ada orang yang masih menahan lapar selama beberapa hari.

Kalo kita ga suka, ya tinggal lempar aja ke tempat sampah. Tapi tahukah seberapa besar usaha yang dikeluarkan untuk membuat makanan itu hingga bisa sampai ke tangan kita?? Ko kayanya usaha orang-orang itu disia-sia dengan secepatnya??

Hikz...jadi sedih. Inget kemaren beli makanan, dimakan tapi bersisa, eh taunya disimpen sampai basi. akhirnya berpindah tempat de..ke tong pembuangan. keinget juga kalo ada makanan yang ga enak dengan mudahnya bilang...ah ini ga enak!! abis itu lagi-lagi dibuang. bener juga menurut agama yang kuanut, kalo kita ga boleh mencaci makanan. Karena di makanan itu tersimpan berkah... ada doa dari pembuat bahan pokoknya, doa dari pembuat bahan tambahannya, doa dari yang mengolah, sampai doa dari yang menjual.

Maaf ya... kepada Allah yang mencipatakan segala sesuatu, kepada semua makanan yang pernah aku caci, kepada semua makanan yang pernah aku buang, kepada orang-orang yang yang membuat makanan itu menjadi ada.

Yuuuukkk...sama-sama berjanji. Mulai hari ini mulai menghargai setiap makanan yang kita makan.. dan selalu bersyukur atas apa yang kita miliki hari ini, kemaren dan yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | dhee lagi, lagi lagi dhee